Contoh Critical Book Report Jurusan Ekonomi - Samuel Soeiteo

Contoh Critical Book Report Jurusan Ekonomi - Book Report Samuel Soeiteo





Contoh Critical Book Report Unimed
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah. Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya. Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu besarnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir tiap hari kita disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan, pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan diatas, jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka.
Ilmu psikologi pendidikan adalah ilmu yang sangat penting dikuasai oleh seorang guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Peranan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangka mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang menyadari dirinya sebagai pendidik.
Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Disinilah pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik dan disinilah pentingnya peran seorang Psikolog dalam dunia pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, pentinglah bagi para pendidik tidak terkecuali para calon pendidik untuk memperdalam pengetahuan mengenai Ilmu Psikologi Pendidikan maka dari itu penulis tertarik untuk mengkritik buku Psikologi Pendidikan guna menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Psikolgi Pendidikan dan untuk lebih baik lagi kedepannya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari critical book ini ialah utuk memenuhi tuntutan tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan”, dan untuk mengetahui apa itu Psikologi Pendidikan dan peran Psikologi dalam Pendidikan.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan yaitu untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan pembaca serta utuk mengasah intelektual dalam mendalami isi buku, khususnya pemahaman mengenai Psikologi Pendidikan. Manfaat lainnya yaitu memberikan masukan bagi pembaca mengenai isi buku, kelemahan, kelebihan, serta perbandingan teori dalam buku ini dengan buku lain.


BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU
Contoh Critical Book Report Jurusan Ekonomi Samuel Soeiteoa.   Buku Utama
Judul : Psikologi Pendidikan
Penulis : Samuel Soeiteo
Penerbit : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Kota Terbit  : Jakarta
Tahun Terbit : 1982
Tebal Buku : iii+107 halaman



Contoh Critical Book Report Jurusan Ekonomi Samuel Soeiteo buku 2b.   Buku Pembanding
Judul : Psikologi Belajar
Penulis : Drs. H Abu Ahmad dan Drs. Widodo Supriyono
Penerbit : Rineka Cipta
Kota Terbit  : Jakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku : x+243 halaman





2.2 RINGKASAN ISI BUKU
BAB I Pendahuluan
Istilah 'psikologi' berasal dari kata kata Yunani 'psyche'= jiwa dan 'logos'= ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan banyak tergantung dari perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut sejarah perkembangannya di Eropa, psikologi mula-mula sangat bersifat filosofis. Pada awal abad XVII Descartes membatasi diri dengan menyelidiki hanya gejala-gejala kesadaran manusia. Segala sesuatu yang terdapat di luar kesadaran dianggap tidak ada atau tidak berarti. Pandangan ini akhirnya ditinggalkan dan daya-daya tadi dianggap proses yang berhubungan satu sama lain.
Perkembangan psikologi selanjutnya menunjukkan lakuan bahwa Disamping kesabaran terdapat ketidaksadaran, dan bahwa hal yang tidak disadari itu besar pengaruhnya atas hal-hal yang disadari. Bidang ketidaksadaran dan bidang di bawah sadar juga menjadi objek psikologi. Penjelajahan di bidang ini Hingga kini masih terus dilakukan.
Perumusan perumusan baru yang didasarkan atas hubungan antara psikologi dan antropologi yang bersama-sama berusaha mencari jawaban atas pertanyaan:'apakah manusia itu?'. Dalam psikologi lama manusia ada kalanya dipandang sebagai objek yang tidak berbeda dengan objek ilmu alam dan ilmu pasti, atau sebagai suatu kumpulan gejala-gejala fisiologis belaka, atau sebagai suatu'unitas multiplex', tetapi tetap sebagai manusia terisolasi, maka psikologi dewasa ini berpegang pada kenyataan Hakiki, bahwa manusia adalah makhluk yang terus menerus aplikasi kan diri dalam suatu alam (lingkungan), usia yang tidak henti-hentinya dengan alam sekitarnya, manusia yang tidak terisolasi. Manusia bukan sekedar 'hidup', melainkan adalah suatu eksistensi bukan sekedar 'Sein', tetapi suatu 'mitsein'.
Dengan demikian, manusia tunggal terisolasi seperti yang ada dalam bayangan atau khayalan para ahli psikologi sebelumnya abad XX sama sekali tidak mendapat tempat lagi dalam pikiran para ahli psikologi modern.
Akhirnya psikologi menjadi:'The study of interpersonal relations'. Objek penelitian psikologi ialah: Tingkah laku dan penghayatan manusia dalam hubungannya dengan situasinya. Disamping psikologi umum, timbul psikologi khusus: Psikologi Anak,(ilmu tentang tingkah laku dan penghayatan manusia dalam relasinya sebagai anak dan dalam relasinya dengan alam sekitarnya), Psikologi Pendidikan,(ilmu tentang tingkah laku dan penghayatan manusia dalam situasi pendidikan) dst.

Pembagian Psikologi
Titcherner memberikan pembagian yang berikut:
I.    Psikologi hidup kejiwaan yang normal:
A.  Psikologi individu
1.   Psikologi Manusia
a.   Psikologi Umum               : Tentang manusia berbudaya yang normal.
b.   Psikologi Khusus               : Psikologi anak dsb.
c.   Psikologi Diferensial        : Tentang perbedaan individual
d.   Psikologi Genetis :Tentang perkembangan psikhis sepanjang hidup manusia.
2.   Psikologi hewan (dapat mengikuti pembagian pada A.1)
3.   Psikologi perbandingan : Tentang perbandingan berbagai taraf perkembangan: Anak, orang primitif, orang gila, hewan.
B.   Psikologi kolektif
1.   Psikologi bangsa-bangsa : Tentang hidup suatu bangsa yang nampak pada bangsa, dongeng-dongeng, hukum adat, kebiasaan dan tradisi.
2.   Psikologi ethnologis : Psikologi diferensial berbagai bahasa
3.   Psikologi kelas : Psikologi diferensial berbagai suku, kelas/ kelompok masyarakat dsb.
II.     Psikologi hidup kejiwaan yang abnormal
Metode Penelitian Dalam Psikologi
Penelitian dapat dilakukan:
a.   Di dalam diri manusia: Hanya dapat diselami oleh manusia itu sendiri: Intropeksi, retrospeksi 
b.   Di luar diri manusia: Dapat diselami oleh orang lain yang ada hubungannya dengan langsung: Ekstropeksi, deskripsi, eksperimen, observasi.
c.   Diluar subyeknya: Dapat diselami oleh orang lain dengan perantaraan atau melalui tulisan dsb: Angket, biografi, buku harian, karangan-karangan dll.

BAB II Sedikit Tentang Psikologi Terapan
Psikologi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
psikologi terapanpan tidak dapat ditambahkan pada deretan strukturalisme, dinamisme, behaviorisme, gestalt dsb. Psikologi terapan tidak dapat Menyusun data-data hasil penyelidikan secara sistematis dalam suatu uraian yang memadai tetapi setiap saat psikologi terapan dapat disajikan sebagai jumlah keseluruhan pengetrpan dalam bidang tertentu yang sudah, sedang dan akan dilakukan. Itu sebabnya, sehingga Alangkah baiknya bila digunakan istilah psikologi yang diterapkan daripada psikologi terapan. Jadi, bidang psikologi murni dan bidang psikologi terapan tidak dapat dipisahkan secara tajam.
Tes psikologi terapan ialah problem penyesuaian pada individu maupun kelompok individu terhadap situasi hidup. Penyesuaian itu dapat berlaku bagi individu tertentu terhadap lingkungan tertentu atau sebaliknya. Penyesuaian itu juga diperlukan bila terjadi perubahan baik pada individu maupun pada lingkungan. Dasar penyesuaian ini terletak pada kenyataan bahwa individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Individu yang berbeda satu sama lain dapat diberi kemungkinan dan kesempatan menyesuaikan diri dengan jalan Memberikan latihan kepadanya, jalan memilihkan lingkungan yang sesuai baginya, agar individu dapat mencapai secara maksimal produktivitas sosial dan kesejahteraan Individual.

Psikologi Dalam Pendidikan
Antara kedua bidang Psikologi dan Pendidikan telah lama terdapat kerjasama yang erat, sehingga psikologi umum telah dipercaya oleh hasil penyelidikan penyelidikan yang menyangkut pertama-tama dan terutama bidang pendidikan, yang kemudian merupakan bagian-bagian penting dalam Psikologi Pendidikan.

Proses Pendidikan
Pada mulanya pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses tunggal yang meliputi latihan 'akal budi','pembentukan watak' dan 'penyerahan kebudayaan'. Pada tahap berikutnya 'akal budi' analisis menjadi 'kemampuan' yang terpisah-pisah dan efektivitas pendidikan dan pengajaran tergantung dari keadaan kemampuan-kemampuan itu. Kemudian kemampuan-kemampuan itu seperti ingatan, naluri, imitasi, persepsi, perhatian dan kemauan mengalami penganalisaan lebih lanjut.
Aplikasi dari proses analisa itu menunjukkan bahwa mempelajari suatu mata pelajaran, misalnya berdiri, ternyata bukan aktivitas tunggal, baik bagi guru maupun bagi murid, melainkan meliputi berbagai proses elementer yang masing-masing perhatian mendapatkan perhatian sepenuhnya. Dalam berhitung terdapat pengertian pengertian tentang bilangan, pengalian, pembagian dsb. Tidak hanya mata pelajaran berhitung perlu diperinci sampai proses yang paling elementer, tetapi juga tiap operasi dalam tiap proses elementer itu perlu dianalisa.
Operasi sederhana dalam penjumlahan ini memerlukan berbagai langkah. Pemupukan kebiasaan itu menjadi tugas guru yang mengajar dan murid yang belajar. Mungkin terjadi salah langkah. Jadi, kecuali perlu dipelajari langkah-langkah yang tepat, maka proses perbaikan langkah yang salah tidak boleh diabaikan. Kesulitan yang dihadapi tiap murid berbeda-beda.
Sejalan dengan apa yang diuraikan di atas kemauan anak juga dianalisa menjadi unsur-unsur motivasi dan emosi.  Proses penganalisaan tingkah laku ke arah unit-unit yang makin kecil itu dapat berjalan terlalu jauh sehingga yang reaksi berlawanan arah dapat terjadi.

'Material' Untuk Pendidikan
Tugas pendidikan adalah berusaha mengadakan perubahan tingkah laku atau perasaan individu yang dididik. Hakikat asli manusia, pembawaan yang ada sejak lahir, untuk dapat bereaksi, menerima, luas dan batas kemampuan, kekuatan dan kelemahan anak perlu dipelajari guru nya atau melalui pelbagai pengalaman pahit. Sifat-sifat asli itu hanya digambarkan secara samar-samar dan pendidikan bertugas untuk menggunakan pengetahuan itu dalam usahanya untuk mempersiapkan individu mencapai efektivitas dalam lingkungan tempat ia kelas harus hidup. individu sebagai unit dalam pendidikan modern
Pengetahuan tentang perbedaan antar individu, tentang cara menanganinya, menyebabkan berbagai akibat dalam pendidikan yang mendasari semua perbedaan penyampaian pendidikan dan pengajaran, semua bimbingan dan nasehat.
Sifat khas pendidikan modern pengenalan perbedaan individual dalam perkembangan mental dan mengterapkan pemandangan itu dalam cara pengelompokan, menyelenggarakan disiplin, cara mendidik dan mengajar.

Pengembangan Individu Melalui Pendidikan
Adalah menjadi tugas pendidik untuk melihat dengan pasti bahwa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan itu telah dikuasai melalui jalan yang tepat,ekonomis dan bertahan lama. Semua hukum belajar-mengajar, pengetahuan tentang Ingatan, prinsip dalam pembiasaan, hambatan, lupa dsb pa.sangat penting dalam mengoprasikan kelas, laboratorium, perpustakaan dll.
pendidikan modern bukan saja berusaha agar aktivitas kurikulum dan ekstra-kurikulum disesuaikan dengan perbedaan individual, tetapi kelas dan metode khusus digunakan untuk mereka yang lemah mental, mereka yang terbelakang, mereka yang cepat matang, mereka yang cacat jasmaniah, mereka yang tuli, buta dsb. Juga tersedia kelas dan metode untuk mereka yang lemah dalam membaca, berhitung, untuk pembolos, untuk mereka yang keras kepala, agar mereka tidak menjadi sumber Kerajaan, berkat penelitian ilmiah yang serius.

Pengukuran Hasil Pendidikan
Pengukuran taraf intelektual pada mulanya berasal pada kebutuhan akan ukuran-ukuran seperti itu oleh sekolah. Pedagogik mengharapkan, bila mungkin, menyeleksi murid untuk mendapatkan kelompok-kelompok dengan pembawaan yang sama agar dapat mengikuti eksperimen dengan kondisi yang sama pula. Pengukuran mental seseorang memberi kemungkinan-kemungkinan makan jauh sebelumnya, tentang perkembangan akademik atau vokasionalnya, agar dapat dihindari kerugian yang dialami masyarakat, orang tua, anak didik dan mengurangi keresahan orang tua, dan usaha yang sia-sia di pihak guru dsb.

Pendidikan Kepribadian
Penelitian dan pendidikan pribadi-pribadi yang salah sesuai dengan teori-teori tentang penyesuaian diri yang salah mendorong para ahli untuk menaruh perhatian pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sebagai periode yang penting dalam perkembangan kepribadian seseorang. Sebagai konsekuensi, maka perbaikan penyesuaian diri yang salah selama tahun-tahun sebelum masa sekolah dan pembinaan kepribadian yang baik menjadi tanggung jawab sekolah dasar.

Pendidikan Orang Dewasa
Karena pendidikan berjalan seumur hidup, maka proses penyesuaian diri tidak ada henti-hentinya. Lingkungan, terutama lingkungan sosial terus menerus berubah. Dengan demikian, pendidikan orang dewasaan akan tetap diperlukan.

BAB III Arti Dan Fungsi Psikologi Dalam Pendidikan
Tujuan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan bertujuan untuk:
a.   Memberi orientasi mengenai lapangan studinya.
b.   Mengemukakan masalah masalah yang hingga kini terdapat di dalam man yang dipengaruhi oleh psikologi pendidikan.
c.   Meneliti faktor manusia dalam proses pendidikan dan pengajaran.

Pengertian Pendidikan
Pendidikan ialah segala usaha yang dilakukan dengan sadar, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diharapkan. Yang dimaksud dengan tingkah laku ialah respons atau aktivitas, segala sesuatu yang dilakukan seseorang. Menyukai seorang guru, berbicara dengan orang lain, memikirkan pemecahan sebuah soal matematika, membaca buku, menikah, mencari pekerjaan semua itu adalah tingkah laku, aktivitas atau respons seseorang. Ada tingkah laku yang dapat diamati, ada pula yang harus disimpulkan dari aktivitas yang dilakukan.

Arti dan Fungsi Psikologi Dalam Pendidikan
Seorang pendidik hendaklah mempunyai pandangan yang luas tentang manusia, hidup dan dunia. Seorang pendidik perlu menggunakan hasil-hasil penyelidikan psikologi dalam tugasnya, sehingga ia mengerti apa yang diharapkan dari anak didiknya dan dengan penuh harapan, kepercayaan dan keyakinan bahwa jalan untuk mencapai Harapan itu terbuka baginya.
Psikologi pendidikan, psikologi yang diterapkan dalam bidang pendidikan, banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum, penentuan prosedur mengajar-belajar. Psikologi pendidikan memberikan jalan untuk mendapatkan 2 pemecahan atas masalah-masalah.

Psikologi dan Pendidikan
Ada dua pandangan yang ekstrim mengenai hubungan antara psikologi dan pendidikan. Pandangan yang satu sangat optimis, menganggap psikologi sebagai apotik yang menyediakan obat-obat psikologis untuk berbagai 'penyakit' dalam pendidikan, bahkan menyiapkan obat untuk segala jenis penyakit. Pandangan yang lain sangat pesimistis. Psikologi bekerja lebih banyak dengan situasi-situasi buatan dalam Laboratorium, dengan tikus dan kelinci, tetapi tidak atau kurang bekerja dengan manusia, dan Dengan demikian tidak relevan dengan praktek dunia pendidikan. Penilaian yang tepat terletak diantara kedua pandangan itu.

Guru, Orang Tua dan Administrator
Oleh karena gurulah terutama yang menggunakan psikologi pendidikan, maka rasanya dapat dibenarkan bila kita menyoroti terlebih dahulu masalah-masalah yang mereka hadapi.Guru terbagi dalam dua kelompok: Calon guru dan guru (yang sudah berpengalaman). Calon guru- murid sekolah pendidikan guru atau mahasiswa pada universitas/institut yang mendidik calon guru, biasanya lebih tertarik pada problem praktis yang mendesak. guru yang berpengalaman pada umumnya sudah tidak perlu merasa takut dan cemas lagi menghadapi situasi- situasi tertentu seperti haknya ketika ia masih belajar sebagai calon guru. Guru pada umumnya menghadap murid dalam jumlah kecil dan terbatas, (30-60 orang). kadang-kadang, terutama di sekolah dasar, guru seharian menghadapi murid yang sama.
Kadang-kadang, misalnya di sekolah lanjutan, guru berpindah-pindah kelas, sehingga bila dihitung ia dapat berhadapan dengan murid yang lebih besar jumlahnya.
Perbedaannya dengan tugas orang tua dan tugas administrator. Orang tua dengan sendirinya memusatkan perhatiannya pada masalah pendidikan dan psikologis yang menyangkut anak-anaknya yang tidak banyak jumlahnya. Sebaliknya administrator terus berusaha untuk memperhatikan kepentingan sejumlah besar manusia (kepala sekolah, guru, murid, pegawai tata usaha, orang tua, masyarakat). Perbedaan situasi dan lingkungan itu menyebabkan perbedaan bantuan yang diperlukan pendidikan dari psikologi. Dapat dimengerti bahwa orang tua merasa berkepentingan pada keanehan tabiat yang ditemukan pada psikologi individual, sedangkan para administrator secara profesional tertarik pada teknik penilaian, bimbingan dan pendidikan untuk sejumlah besar anak, yang juga meliputi keperluan-keperluan khas antara lain untuk anak yang tuna fisik, intelektual, emosional dan sosial.

Beberapa Masalah Yang Dihadapi Pendidik
Masalah itu dapat diuraikan menjadi:
1.   Memutuskan nilai dan keterampilan mana yang perlu diberikan.
2.   Menentukan cara atau jalan yang terbaik untuk dipakai atau dilalui untuk mencapai hasil yang terbaik.
3.   menetapkan bantuan psikologi mana yang tepat untuk dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan yang bersangkutan.

BAB IV Beberapa Prinsip perkembangan Mental
Anak didik adalah objek dan subjek sekaligus dalam pendidikan. Dari sudut pandang psikologi kita tidak dapat mengharapkan seorang anak didik turut aktif dalam proses pendidikan, tanpa menyadari bahwa anak tersebut sedang mengalami proses perkembangan menuju kedewasaan, sehingga aktivitas yang mempunyai arti sendiri bagi pribadi anak itu, yang mempengaruhi efisiensi pendidikan yang diterimanya dan yang mempengaruhi pola jalannya proses pendidikan selanjutnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tiap pendidik adalah orang yang selalu menggumuli psikologi terapan, dalam hal ini psikologi pendidikan, karena segala tindakannya dalam proses pendidikan yang dilaksanakannya didasarkan atas suatu pandangan atau keyakinan yang bersifat psikologis.

Syarat-Syarat Untuk Belajar
Dalam Psikologi istilah 'belajar' berhubungan dengan suatu rangkaian proses mental yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam diri pelajar yang bersangkutan. Belajar mengubah 'kesiapan' untuk berpikir. Untuk bertingkah laku, untuk merasakan dengan cara tertentu.
Syarat-syarat untuk belajar:
1.   Kebutuhan dan kesiapan orang yang belajar
2.   Syarat ini menentukan bagaimana pelajar ini menafsirkan situasi yang dihadapinya.
3.   Suatu situasi belajar menyediakan benda, orang atau kejadian yang perlu dilayani atau diberikan respon oleh pelajar yang bersangkutan.
4.   Spons yang diberikan pelajar adalah syarat mutlak untuk belajar, karena belajar tidak mungkin terjadi tanpa aktivitas.
5.   Konsekuensi dari aktivitas pelajar adalah: Keberhasilan atau kegagalan, pujian atau hukuman, persetujuan atau penolakan.

Perkembangan Kemampuan Mental
Perkembangan mental dapat didefinisikan secara singkat sebagai pertumbuhan kemampuan secara bertahap untuk menyadari adanya konsekuensi-konsekuensi lingkungan dan untuk mengadakan penyesuaian diri dengan kondisi-kondisi itu dan bila perlu mengawasi dan menguasainya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Mental
Kaum Nativis menganggap bahwa seluruh perkembangan terjadi dari dalam diri manusia itu sendiri, sedangkan kaum empiris berpendapat bahwa perkembangan hanya terjadi karena pengaruh-pengaruh dari luar. Menurut kaum nativis benih-benih Bakat, sifat dan kecenderungan yang dimiliki seorang anak manusia sejak lahir berkembang secara spontan, sebaliknya kaum empiris menunjukkan kepada perbedaan perkembangan anak yang hidup dan dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, pada pengaruh pendidikan, atau kawan atas perkembangannya. Penyelesaian perbedaan pendapat itu terletak pada suatu sintesa: Dalam perkembangan faktor pembawaan dan faktor lingkungan bekerjasama.

BAB V Kesiapan Dan Pendidikan
Kecepatan Perkembangan
pengaruh milieu dan pendidikan dapat mempercepat atau memperlambat perkembangan, tapi pada dasarnya tidak dapat mengubahnya. Kecepatan perkembangan lebih banyak ditentukan dari dalam daripada dari luar pribadi yang bersangkutan. Irama perkembangan juga terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam. Bahwa perkembangan itu berjalan selangkah demi selangkah adalah benar, tetapi tidak dalam arti yang mutlak. Dalam hal ini terdapat perbedaan perbedaan jual yang besar. Kita dapat membedakan tiga golongan:
a.   Anak-anak yang berjalan teratur; mereka tidak menyebabkan kekecewaan atau kebingungan pada pendidiknya.
b.   Anak-anak yang masa kecilnya berkembang dengan pesat sekali, pada suatu ketika 'terhenti' perkembangannya dan akhirnya dilampaui oleh kawan-kawannya yang sedang dalam perkembangannya.
c.   Anak-anak yang saat permulaan selalu terbelakang, kemudian bertambah cepat dan akhirnya meninggalkan kawan-kawannya dalam perkembangan.
Para pendidik yang tidak menghiraukan variasi-variasi itu akan mengalami banyak kekecewaan. Perlu diingat bahwa di antara perempuan dan anak laki-laki terdapat perbedaan-perbedaan baik dalam kecepatan maupun dalam irama perkembangan.

Masa Peka
Masa peka untuk suatu fungsi nampaknya hanya ada satu kali dalam hidup manusia. Bila pendidik lalai menggunakan kesempatan itu, anak didik dapat dirugikan, sebaliknya bila pendidik dapat menyesuaikan pendidikannya dengan masa peka, maka dengan tenaga dan rintangan yang minimal dapat dicapai hasil yang maksimal.
Masa peka untuk anak-anak yang lebih tampaknya ada pada minat dan perhatian yang istimewa terhadap sesuatu. Suatu masa peka tidak timbul pada suatu hari tertentu, dan dalam hal ini juga terdapat perbedaan individual.

Kesiapan Atau Proses Kematangan
Dalam proses kematangan ada tiga hal yang esensial:
a.   Faktor kematangan itu sendiri
b.   Proses kematangan itu berjalan melalui beberapa tingkat atau fase
c.   Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada anak harus dipandang sebagai suatu kerjasama yang kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh lingkungannya.
Dari ketiga hal itu dapat disimpulkan bahwa untuk segala jenis belajar memang ada masa atau waktu istimewa, yang ini saat jenis belajar itu dapat diberikan hasil yang maksimal. Masa itulah yang dinamakan masa peka.

BAB VI Arti Dan Kegunaan Intelegensi Dalam Pendidikan Modern
Intelegensi
Terman beranggapan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk mengadakan pemikiran secara abstrak, sedang berbagai psikolog menyatakan bahwa intelegensi adalah hasil pengukuran dengan tes intelegensi.
Inteligensi bukanlah suatu benda atau sifat, inteligensi adalah suatu pengertian yang mencakup banyak arti dan dianggap sebagai suatu generalisasi dari arti-arti itu. Seseorang dapat dikatakan salah satu tindakannya inteligen, di dalam tindakan lainnya tidak. Seorang dinamakan intelegen, bila ia dapat melakukan tugasnya dengan cepat mudah dan tepat.
William Stern, orang psikologi Jerman, seperti Binet, juga berpendapat bahwa intelegensi merupakan suatu kesatuan, membandingkan usia mental dan usia kronologis menjadi IQ.

Perbedaan Individual
Sir Francis Gilton dalam penyelidikannya tentang intelek manusia. Atas dasar keyakinannya bahwa intelegensi adalah hasil dari kerja sama antara pancaindra dan syaraf, dan bahwa panca indra dan syaraf berasal dari keturunan, Galton mencoba mengukur kemampuan panca indra, terjadi dengan sendirinya mengukur intelegensi. Galton yakin benar bahwa intelegensi adalah buah keturunan. Disamping itu Galton sangat menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan individual.
Salah seorang murid Galton Karl Pearson, seorang ahli matematika, meletakkan dasar penganalisaan data dengan statistik yang kemudian terbukti berguna sekali dalam penelitian inteligensi. Mereka beranggapan bahwa pengukuran ciri-ciri itu lebih berguna bila pengukuran itu dihubungkan dengan frekuensinya dalam suatu populasi, daripada mendapatkan nilai mutlak, misalnya: Meter untuk tinggi, kg untuk berat. Hubungan Relatif itu sangat penting untuk psikologi.

Alfred Binet dan Usia Mental
Pada tahun 1904 Menteri Pendidikan Prancis dan Paris menugaskan Alfred Binet untuk mengadakan penelitian tentang masalah pendidikan bagi anak-anak tuna mental. Binet dan kawan-kawan berkesimpulan bahwa untuk anak-anak tersebut perlu didirikan sekolah tersendiri. Alfred Biner dan Theodore Simon menyusun tes intelegensi yang pertama untuk membedakan tuna mental dari anak biasa. Berbeda dengan Galton, Binet berpendapat bahwa intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan intelektual yang tepat. Tugas-tugas yang di pada anak-anak Perancis itu dimulai dari yang paling mudah sampai yang paling sukar. Pertanyaan untuk tes yang diberikan berlandaskan konsep: Usia mental. Dalam kenyataannya tes Binet dapat dipakai dalam praktek. Binet dapat meramalkan anak mana yang akan berhasil Dan Anak mana yang akan gagal dalam pelajarannya: Tentu saja ada terkecualian. Tes Binet adalah tes Individual, yang diberikan secara perorangan dan diskor oleh seorang ahli.

Test Stanford-Binet
Test Stanford-Binet direvisi dalam tahun 1937 dan 1960. Revisi 1960 menggunakan cara lain untuk menghitung IQ, cara yang pernah dipakai David Wechsler dan dinamakan Deviasi IQ. Cara baru itu dipakai karena terbukti bahwa perbandingan usia mental dan usia kronologis hanya dapat dipergunakan untuk anak berumur 13 tahun ke bawah. Di atas usia itu perlu ditambahkan koreksi statistik. Deviasi IQ dapat membantu kita menghindari masalah penambahan itu dengan menggunakan perhitungan sentil.

Test Wechsler
Test Wechsler-Bellevue,suatu tes individual yang harus diselenggarakan dan diperoleh seorang ahli. Tes ini adalah tes untuk orang dewasa.
Menurut Wechsler, 'intelegensi adalah himpunan dari kemampuan umum individu untuk bertindak, bertujuan, berpikir rasional dan untuk Penyesuaian dengan lingkungan secara aktif'.

Test IQ untuk Kelompok
Sejak 1917 dibuat di Amerika: Army Alpha test untuk mereka yang dapat membaca dan Army Beto test untuk mereka yang buta huruf.

Kegunaan Tes Inteligensi
Tes inteligensi berguna untuk menilai kemampuan seseorang murid melakukan tugasnya seperti yang diharapkan dari padanya di sekolah. Dengan tes tersebut dapat diambil lah sampling dari kesanggupan murid, dapat dinilai kesanggupannya dalam keseluruhan dan dengan demikian dapatlah dinilai kemampuan belajarnya. Akan tetapi dari penyelidikan penyelidikan yang dilakukan oleh Binet tidak boleh diambil kesimpulan bahwa guru atau dosen yang selama beberapa tahun telah mendidik/ mengajar seorang murid, yang dalam berbagai Rapat guru telah bertukar pikiran dengan guru lain mengenai hasil yang telah dicapai murid yang bersangkutan, sama sekali tidak dapat menentukan inteligensi murid itu.
Tes buatan Binet berisikan penyelesaian tugas yang memungkinkan menetapkan batas-batas tertentu untuk Sampai pada suatu keputusan yang agak memadai tentang kemampuan seseorang. Binet beranggapan bahwa kedunguan seorang anak teristimewa adalah suatu masalah kekurangan intelegensi, suatu pandangan yang sangat intelektualistis.
Akan tetapi, sekali lagi ditandaskan bahwa: Hanya dengan penggunaan Tes Intelegensi menetapkan Apakah seseorang dapat menyelesaikan pelajarannya di suatu sekolah apa tidak, adalah sangat berbahaya. Kita menjatuhkan vonis terhadap anak-anak secara atau tidak langsung yang menyangkut nasibnya seumur hidup.
Oleh karena pemeriksaan psikologi pada hakekatnya adalah suatu penyelidikan melalui suatu proses yang tidak langsung, maka kekeliruan dan kesalahan tentu saja mungkin terjadi. Kekeliruan dan kesalahan itu dapat terjadi karena proses penyelidikan itu adalah suatu sampling dan pemeriksaannya didasarkan atas suatu anggapan atau dugaan. Anggapan itu dalam hal-hal tertentu dapat benar atau tidak benar.

Kemampuan Umum dan Kemampuan Khusus
Kemampuan umum untuk dapat menyelesaikan diri dengan baik dalam situasi situasi yang menggandung problematik tertentu dan untuk dapat mengadakan pemilihan yang tepat dalam melakukan sesuatu dinamakan inteligensi. Kemampuan umum dimiliki oleh mereka yang dapat berbagi situasi dapat menunjukkan Respon yang inteligen. Kemampuan khusus nampak pada situasi-situasi yang khas: Bakat untuk musik, tidak terdapat pada semua. Tugas pendidik ialah: (a) berkembang kemampuan yang telah nampak (b) membangkitkan potensi yang masih lantet (tidur).

BAB VII Perkembangan Kognitif
Bloom dalam bukunya membagi tujuan pendidikan dalam 3 bidang pola tingkah laku:
o    bidang kognitif: Pengetahuan
o    bidang afektif: Sikap
o    bidang psikomotor: Keterampilan
Dengan demikian, tujuan pendidikan meliputi 3 sub tujuan:
o    tujuan kognitif: Proses-proses internet seperti: Mengingat, mengerti, memecahkan masalah
o    tujuan afektif meliputi: Perasaan dan sikap.
o    tujuan psikomotor: Pengendalian dan pengarahan otot-otot yang tepat dan melakukan gerakan-gerakan yang tepat dalam melaksanakan suatu tugas.

Taksonomi Proses Intelektual
Yang dimaksud dengan taksonomi ialah pengelompokan hirarkis dalam suatu bidang. Taksonomi dalam bidang pendidikan memberikan pengelompokan berbagai tujuan pendidikan pada taraf tertentu dan dalam situasi tertentu. Pengelompokan itu meliputi suatu sistem deskriptif yang didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan dan psikologi.
Pendidikan sering dikritik karena menggunakan istilah-istilah yang tidak tepat, meragukan. Dalam hal ini taksonomi sangat membantu, agar para pendidik/pengajar dapat berkomunikasi lebih tegas satu sama lain. Taksonomi berguna dalam penyusunan kurikulum, dalam usaha mengevaluasi hasil suatu sistem pendidikan dsb. Taksonomi dapat juga dipakai dalam penyusunan soal ujian dan dalam research pendidikan.

Taksonomi Tujuan Pendidikan: Bidang Kognitif
Salah satu bidang terbaru dan yang terpenting dalam psikologi pendidikan adalah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif tergantung pada interaksi antara anak dan lingkungan tempat Ia belajar. Perkembangan itu mempunyai tahap-tahap atau fase-fase tertentu. Bila kita dapat mengenal tahap-tahap itu, dapat dihindari bahwa mengajarkan sesuatu kepada anak sebelum ia matang atau siap untuk itu di satu pihak, dan di pihak lain kita dapat kehilangan suatu kesempatan baik, bila kita menunggu terlalu lama sehingga saat yang paling sensitif lewat tanpa kita manfaatkan.

Piaget
Setelah meneliti bertahun-tahun pola berfikir manusia sejak lahir sampai pubertas, akhirnya Piaget melihat bahwa pola itu mengikuti sistem yang tetap sebagai berikut:
-     Fase sensor-imotor (umur 0-2 tahun)
Aktivitas kognitif selama fase sensori-motor didasarkan terutama atas pengalaman langsung melalui panca indra dan lingkungan. Aktivitas itu praktis, tanpa penggunaan bahasa atau lambang. Anak terikat pada pengalaman langsung, ia melihat sesuatu terjadi, merasakannya, tetapi ia belum dapat mengelompokkan atau mengkategorikan pengalamannya. Responnya tergantung dari situasi.
-     Intuitif atau pra-operasional (2-7 tahun)
Selama priode ini kualitas berpikir ditransformasikan. Anak tidak lagi terikat pada lingkungan sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan mental yang terbentuk dalam fasa sebelumnya, dalam fasa ini kemampuan itu maju dengan pesat. Kemampuan menyimpan tanggapan bertambah besar. Penambahan kosakata dan penggunaan kata-kata mengagumkan. Anak berusia 2 tahun menguasai kira-kira 200 sampai 300 kata, sedangkan anak berumur 5 tahun dapat menguasai sekitar 2000 kata.
-     Operasi konkret (umur 7-11 tahun)
Rasa ini menurut Piaget menunjukkan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Dalam fasa yang lalu, fase pra operasional, anak seakan-akan Hee mimpi dengan pikiran-pikiran magis, dengan fantasi yang leluasa. Dalam pasar konkrit, anak sudah mulai logis cara berpikirnya, ia mulai mengenal adanya hubungan fungsional.
Anak dari fase operasional konkrit, tidak menentukan pilihan, yang mana saja boleh, karena isinya sama banyak. Dalam banyak hal pengajaran di sekolah dasar dapat dikatakan Sesuai dengan perkembangan konkrit parah murid. Bila sekolah memperhatikan keterampilan dan aktivitas seperti menghitung, mengelompokkan, membentuk dan sebagainya, maka semua itu Membantu perkembangan kognitif.
-     Fase operasi formal (umur 11-16 tahun)
Dalam fasa terakhir ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa pubertas, anak-anak dan mengembangkan pola pola berpikir formal sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh strategi yang logis, rasional dan abstrak. Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan dan perbedaan, mereka dapat menyimpulkan moral dalam sebuah cerita.
Tugas pendidik pendidik perlu menyediakan pengalaman-pengalaman yang menunjang pengembangan kognitif yang optimal. Banyak kesulitan dan hambatan dalam mengajar dan belajar dapat diatasi bila pendidik/guru berusaha mengenal tahap atau fase perkembangan kognitif anak yang dihadapi.

BAB VIII Masalah Belajar Dan Pengajaran
1.   Beberapa jenis proses belajar
Dengan sendirinya semua proses proses itu menunjukkan ciri ciri khas yang sama, bila tidak demikian tentu tidak akan terdapat suatu persamaan yang umum('belajar'). Beberapa dari ciri itu tidak sukar untuk ditemukan:
a.   Tiga proses belajar mengakibatkan perubahan dalam diri atau organisme yang belajar.
b.   Perubahan itu tidaklah begitu terjadi dan kemudian lenyap kembali, tetapi perubahan yang agak tahan lama.
Memang apa yang telah kita pelajari itu dapat kita lupakan, namun selalu ada sisa-sisa yang menetap; hal itu terbukti dari kenyataan bahwa bila hal yang sama itu kita pelajari sekali lagi, maka untuk keperluan itu tidak diperlukan waktu yang lama seperti dahulu lagi dan kita tidak akan mengalami banyak kesulitan. Jadi dari hasil proses belajar yang dahulu itu ternyata masih ada sisa yang menetap dan tidak/belum dilupakan.

2.   Belajar dengan pemahaman
Jenis proses belajar yang pertama ialah belajar dengan pemahaman atau dalam bahasa Inggris belajar melalui penambahan insight. Baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari setiap orang seringkali dihadapkan pada situasi situasi yang menyebabkan ia bingung dan tidak lekas mendapat jalan keluar. Situasi Itu untuk orang yang bersangkutan mengandung suatu problema, yakni: Suatu soal yang tidak dapat dipecahkan olehnya dengan menggunakan cara atau cara-cara yang sudah dikenalnya. Mungkin bahwa seseorang yang menghadapi sesuatu problem situation akan coba-coba segera serampangan dengan pengharapan bahwa dengan demikian ia dapat tertolong. Untunglah bahwa manusia, dan dalam batas-batas tertentu juga hewan, memiliki kemungkinan lain untuk mengatasi situasi yang demikian. Mereka mempunyai kemampuan untuk meresapi problema situation itu, meliputi tiap-tiap aspek yang dicabutnya, dan dengan melalui jalan Insight dapatlah mereka tiba pada suatu cara yang tepat guna 'mentackle' problema yang dihadapi.

3.   Mendapatkan pengetahuan tentang fakta-fakta
Sekolah Dasar hendaknya bukan hanya mendidik problem solvers, tetapi juga mendidik dan menyiapkan manusia berpengetahuan. Pengetahuan itu tentu mencakup lebih banyak daripada penguasaan sejumlah pengetahuan tentang fakta-fakta yang dipandang penting dalam alam dan kebudayaan tempat anak hidup. Tetapi tanpa penguasaan itu tidak dapat dikatakan bahwa anak yang bersangkutan dapat digolongkan anak yang berpengetahuan. Itulah sebabnya Mengapa murid-murid perlu diberi pengetahuan tentang fakta-fakta yang termasuk kelompok pengetahuan umum. Apaan itu dapat pula dibenarkan dengan menganggap bahwa pengetahuan fakta-fakta diperlukan untuk menanggulangi problema baru yang dihadapi problema situation seperti yang telah dibahas terdahulu. Akan tetapi Tujuan sebenarnya ialah anak dipelajari hal-hal yang yang berguna sehingga patut untuk dipelajari. Mengingat masalah proses belajar, jenis belajar ini mempunyai ciri-ciri tersendiri.

4.   Menghafal
Sepintas lalu seakan-akan bentuk proses belajar jar itu sama saja dengan apa yang baru saja kita bahas. Biantara menghafal dan belajar mendapatkan pengetahuan tentang fakta-fakta terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup besar. Siapa yang menghafal bertujuan untuk dapat mereproduksi nya kembali persis seperti yang telah dicamkan nya. Tekanan dijatuhkan tidak pada pengenalan dan pengetahuan tentang fakta, seperti pada jenis belajar mendapat pengetahuan tentang fakta-fakta, tetapi pada penyimpanan kalimat, uraian, rumus, kota, angka atau huruf. Uraian itu menurut artinya mengandung masalah yang dapat digolongkan dalam fakta yang perlu dikenal, tetapi untuk menghafalkannya hal itu tidak merupakan syarat.

5.   Pembentukan 'Automatisme'
Dalam hal ini pelajaran ditujukan pada melakukan berbagai gerakan badan atau anggota badan dan mengadakan berbagai reaksi. Salah satu ciri khas pada proses belajar jenis ini ialah bahwa seseorang yang mengalami proses belajar itu pada waktu ia harus melakukan apa yang dipelajarinya, ia tidak perlu memikir lagi, gerakan-gerakan terjadi dengan sendirinya. Di dalam psikologi gerakan itu dinamakan automatisme. Keuntungan automatisme ini ialah bahwa orang yang bersangkutan dapat mencurahkan perhatiannya pada hal-hal lain.

6.   Dynamic learning
Tingkah laku seorang murid kelas 6 jauh berbeda dengan tingkah laku anak kelas 1 SD yang baru masuk sekolah. Semuanya itu disebabkan antara lain oleh berbagai proses belajar yang telah dialaminya. Dalam perkembangan psikis anak-anak itu terjadi perubahan dalam sikap dan kepribadiannya. Tempat tumbuh perhatian baru, kebutuhan baru, kehendak baru dan keyakinan baru serta pengetahuan baru tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
Belajar Dengan Insight (Pemahaman)
1.   Analisis hasil belajar
Secara kronologis dalam suatu proses belajar fase akhir tentulah terdapat pada saat terakhir. Untuk mempelajari suatu proses belajar secara psikologis kita mulai dari belakang, yakni: Menganalisis hasil belajar. Pertama-tama kita mengetahui terlebih dahulu hasil belajar yang bagaimanakah yang akan atau ingin dicapai, sebelum kita dapat menyelidiki dan mengarahkan proses belajar yang akan diikuti. Cara kerja ini mudah sekali dijelaskan dengan menelaah proses belajar dengan Insight. Agar pada problema situations yang berikut dapat diperoleh ins insight lebih cepat perlu terlebih dahulu diketahui Apakah sebenarnya makna dari mendapatkan penyelesaian melalui insight.
2.   Penyelidikan chimpanse oleh Wolgang Kohler
Kohler memberikan hasil yang sangat bermanfaat bagi psikologi dengan penyelidikannya pada hewan yaitu chimpanse. Penyelidikan itu disebabkan oleh pertanyaan Apakah simpanse itu yang baik dalam bentuk tubuhnya maupun dalam tingkah lakunya lebih menyerupai manusia daripada binatang-binatang lainnya, dapat berbuat intelejen seperti manusia? Apakah mereka juga dalam problem situation dapat bertindak atas dasar insight?. Oleh karena kapasitas kapasitas kera-kera itu how tadi lebih terbatas dari pada kapasitas manusia maka Kohler menghadapkan kera-kera itu kode problema-problema terlalu sukar.
3.   Ciri-ciri aku yang disertai Insight
Pada penemuan penyelesaian oleh simpanse, kohler melihat ciri-ciri yang berikut:
1.   penyelesaian baru ditemukan beberapa waktu kemudian, tetapi tidak datang sedikit, melainkan sekonyong-konyong dan keseluruhan
2.   Bila penyelesaian itu telah ditemukan, maka kera itu dengan mudah dapat mengulanginya, juga bila situasinya tidak persis seperti yang sudah.
3.   Penemuan atau tidak penemuan penyelesaian itu tergantung dari susunan problem situation yang dihadapi.
4.   Ketiga ciri itu menunjukkan bahwa percobaan Kohler benar-benar untuk melihat adanya Insight.
5.   Perubahan pengertian tentang problem situation
Ciri ketiga yang telah ditemukan Kohler memerlukan penjelasan lebih lanjut. Keluar menemukan bahwa terjadinya Insight selalu disertai perubahan pengertian tentang problem situation yang dihadapi, artinya:
1.   Benda, unsur, data atau lainnya yang mula-mula tidak berarti, ternyata kemudian merupakan pokok atau sebaliknya.
2.   Satu atau beberapa hal yang diketahui memiliki pokok atau sifat tertentu, ternyata juga mempunyai fungsi atau sifat lain.
3.   Hubungan ditemukan antara data yang mula-mula dampak lepas; sebaliknya hubungan yang mula-mula seringkali tidak penting dan tidak berguna dalam penyelesaian problema yang bersangkutan.

Belajar Yang Berakhir Dengan Pemahaman
1.   Saat timbulnya Insight, Aha-Erlebnis, adalah suatu saat yang tidak sama pada tiap individu: Pribadi itu sendiri lah yang harus melihat bahwa data-data probe yang dihadapi dapat dipandang dari segi yang semula, tetapi juga dari segi yang baru, yang memungkinkan ditemukannya penyelesaian.
2.   Kecuali dengan pertolongan, dengan penjelasan dsb, ketika anak menghadapi suatu problema maka kemungkinan penimbulan insight lu juga dapat diperbesar karena adanya berbagai proses belajar sebelumnya.

BAB IX Teori Belajar
Dua Kelompok
Ada bermacam-macam teori belajar yang terjadi secara terpisah-pisah. Penganut teori asosiasi menganggap belajar sebagai hasil hubungan antara stimulus dan respons. Penganut teori kognitif melihat belajar sebagai suatu reorganisasi sejumlah persepsi. Organisasi itu memungkinkan pelajar mengenal hubungan baru, memecahkan masalah baru dan memperoleh pengertian tentang dasar-dasar pengetahuan.

Psikologi asosiasi
Belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan, menggabung-gabungkan tanggapan-tanggapan dengan jalan mengulang-ngulang. Tanggapan menurut Herbart, ialah kekuatan jiwa, unsur-unsur ke pendapat saling menolak atau saling membantu. Langkah pertama dalam proses belajar hendaklah: Menyediakan tanggapan sebanyak-banyaknya dengan jalan pengamatan. Menurut psikologi asosiasi: Pelajar adalah dengan jalan mengulang-ngulang, mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita.
Tujuan belajar ialah: Memproduksikan gabungan tanggapan-tanggapan dengan cepat dan dapat dipercaya.

Pragmatisme
Dasar fisiologis yang diajarkan James tidak dapat menunjukkan pada kita bagaimana terjadinya hubungan neuron dan terbentuknya Jalan neuron selama kita mempelajari sesuatu. James yang pertama kali menunjukkan adanya aktivitas dalam proses belajar, melepaskan kita dari verbalisme dalam belajar. Pembawaan dan keturunan penting sekali dalam proses belajar, karena belajar itu dipengaruhi oleh urat saraf yang kita miliki sejak lahir yang dengan sendirinya terpengaruh oleh faktor keturunan. Bahwa belajar itu melakukan sesuatu fungsionering, mungkin adalah benar, tetapi itu bukan satu-satunya faktor dalam seluruh proses belajar.

BAB X Proses Belajar dan Proses Kematangan
Proses Belajar
Pada taraf perkembangan anak, sebelum adanya diferensiasi, pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tugas pendidik adalah berusaha mengadakan perubahan tingkah laku pada individu yang dididik. Pengajar ditujukan pada pengembangan bidang kognitif atau untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan manusia dalam hidup bermasyarakat. Pelajar adalah pada hakekatnya penyempurnaan potensi-potensi kemampuan pada organisme biologis dan psikis, yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia lain dan dalam segala aktivitasnya dalam hidup bermasyarakat. Dalam pendidikan maupun pengajaran diperlukan kesanggupan untuk menyimpan pengalaman yang diperoleh dari pergaulan atau hubungan seseorang dengan lingkungannya dan untuk menggunakannya demi penyempurnaan penyesuaian diri. Seperti telah kita ketahui, mengenai belajar ada bermacam-macam teori yang terjadi secara terpisah pisah. Bersama-sama, teori-teori berikan gambaran Bagaimana belajar itu terjadi selangkah demi selangkah pada tiap individu yang mengalami proses belajar. Belajar dalam taraf yang paling rendah mencakup antara lain kegelisahan bayi bila dilakukan persiapan makanan baginya. Suatu jenis Tara belajar yang lebih tinggi ialah belajar dengan jalan meniru. Baik anak kecil, anak yang lebih besar, maupun orang dewasa banyak mengalami proses belajar lewat peniruan. Di jaman modern ini belajar dengan jalan meniru untuk mendapatkan pengetahuan keterampilan tertentu sudah berkurang. Dahulu orang yang mau menjadi tukang kayu, magang pada tukang kayu yang penamaan dst. Sekarang tersedia kursus-kursus dan sekolah teknik dsb.
Belajar berdasarkan peniruan merupakan salah satu landasan bagi kerjasama yang produktif dan kreatif. Dari uraian terdahulu dapat kita simpulkan bahwa belajar dengan jalan peniruan pada dasarnya tidak berbeda dengan latihan. Kita belajar untuk menambah pengetahuan, kita berlatih untuk menambah keterampilan. Belajar dengan jalan peniruan juga pertama-tama menghasilkan penambahan keterampilan. Perbedaan antara belajar dengan jalan peniruan dan latihan hanya terdapat dalam hal: Anak belajar dengan meniru dalam suasana bermain dan inisiatif datang dari anak sedangkan pada latihan contoh dengan sengaja diberikan oleh orang lain, anak diberi tugas untuk menyontoh, dan segala sesuatu Berjalan Lebih sistematis dan teratur; inisiatif dan kebebasan anak berkurang.
Untuk belajar secara intelektual dengan pemahaman melalui berpikir diperlukan Beberapa syarat: 
(1)  pelajar memerlukan kemauan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
(2) problem yang dihadapi itu mempunyai unsur-unsur yang cukup banyak, sehingga   problem itu dapat diselesaikan,
(3) pelajar harus melakukan suatu penemuan; tanpa kreativitas itu, belajar jenis ini tidak akan terlaksana.

Proses Kematangan
Dalam proses kematangan terdapat 3 hal pokok:
a.   Kematangan mengandung arti bahwa tidak semua perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan pengajaran, tetapi sebagian besar terjadi karena perkembangan dari dalam diri anak.
b.   Proses pematangan terjadi melalui beberapa Tingkat atau fase terlepas dari bakat atau individu yang bersangkutan, tidak ada kasih yang tidak muncul atau bertukar nomor dalam urutannya.
c.   Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar yang diberikan oleh lingkungannya.
Bertalian dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk segala jenis belajar ada masa atau waktu yang istimewa, yakni saat jenis belajar itu dapat memberikan hasil yang maksimal. Masa itu dinamakan masa peka.


BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU
1.1 Keunggulan Buku
a.   Buku Utama
1.   Dilihat dari cover buku ini menarik dengan judul Psikologi Pendidikan Untuk Para Pendidik dan Calon Pendidik
2.   Penyusunan materi pada buku Psikologi Pendidikan Karangan Samuel Soeiteo ini terbilang baik dan saling terhubung dalam tiap bab yang dimulai dengan pendahuluan, kemudian terlebih dahulu pengarang menjelaskan apa itu psikologi lalu atri dan fungsi psikologi dalam pendidikan sampai pada proses belajar dan proses kematangan disajikan secara teratur pada buku ini.
3.   Materi yang dipaparkan pada buku ini cukup luas.
4.   Pengarang juga menambahkan kutitap- kutipan dari sumber lain sebagai referensi sehingga semakin menambah wawasan pembaca.
5.   Pada buku ini, banyak materi yang langsung disajikan contoh- contohnya serta catatan penting dalam kehidupan kita sehingga lebih mudah dipahami.

b.   Buku Pembanding
1.   Dilihat dari cover buku ini menarik, walaupun dengan tampilan yang sederhana. Kertas yang digunakan juga bagus dan ringan.
2.   Memuat materi yang lengkap mengenai psikologi belajar, mencakup pengentar psikologi, psikologi umum, psikologi anak, psikologi anak luar biasa, masalah kesulitan belajar, bimbingan belajar, pengajaran remedial dalam proses belajar, pengertian dasar pengajar perbaikan, pendekatan dan metode dalam pengajaran remedial, evaluasai dalam psikologi belajar, cara belajar siswa aktif dalam proses belajar mengajar, dan pemikiran ke area aplikasi psikologi belajar.
3.   Penyajian materi disampaikan dengan bahasa yang sederhana, sehingga tidak terlalu menyulitkan pembaca dalam memahami materi yang banyak.
4.   Penyusun menggunakan banyak referensi dalam bukunya sehingga pemaparan materi lebih jelas.
5.   Sistematika penulisan dalam buku psikologi belajar ini disusun dengan baik.

1.2  Kelemahan Buku
a. Buku Utama
1.   Dengan judul buku “Psikologi Pendidikan” buku ini terbilang belum lengkap.
2.   Dalam buku ini terdapat beberapa kesalahan dalam pengetikan dan kata yang kurang umum seperti kata “pelbagai’ pada halaman 1 paragraf terakhir dan “pengetrapan” pada halama 7 paragraf pertama.
3.   Beberapa materi disajikan dengan panjang lebar sehingga membuat pembaca bosan.

b. Buku Pembanding
1. Karena banyaknya materi yang dicakup, materi dalam buku ini dijelaskan hanya berupa bagian-bagian terpenting dan bersifat umum saja.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Antara buku utama dengan buku pembanding, cakupan materi dalam buku pembanding terbilang lebih luas dibandingkan buku utama. Jadi, jika seorang pembaca hendak ingin mengetahui hal-hal berkenaan dengan psikologi belajar secara lengkap maka buku pembanding lebih baik untuk digunakan.  Tetapi jika pembaca ingin fokuskan pada materi mengenai psikologi pendidikan saja, buku utama lebih layak digunakan, sebab penjelasan materi mengenai psikologi pendidikan dalam buku utama lebih lengkap. Hal ini terlihat dari adanya materi- materi yang dibahas dalam buku utama tetapi tidak dimuat dalam buku pembanding. Selain itu, pendalaman materi dalam buku utama juga terbilang lebih baik dibandingkan dengan buku pembanding.
Kedua buku ini layak di baca karena didalamnya memuat ilmu pendidikan, khususnya mengenai Psikologi Pendidikan. Yang dibahas bukan hanya mengenai teori yang berlaku secara umum tetapi juga dengan praktik pendidikan sebagai wujud nyata dan upaya untuk memberi wawasan yang sangat luas bagi pembacanya.

B.   Saran
Mengingat bahwa pembaca masih jauh dari kata sempurna dalam mengkritik buku, masih banyak kekurangan dan masih banyak yang perlu dipelajari dalam mengkritisi sebuah buku maka dari itu untuk selanjutnya agar lebih baik lagi saya mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan dan menambah wawasan kita bersama. Saran untu penulis agar lebih memperhatikan tata penulisan pada buku ini agar lebih baik lagi.

Posting Komentar

0 Komentar